Hal-Hal Berbahaya (Ikatan Darah Buku 3). Amy Blankenship
Чтение книги онлайн.

Читать онлайн книгу Hal-Hal Berbahaya (Ikatan Darah Buku 3) - Amy Blankenship страница 6

Название: Hal-Hal Berbahaya (Ikatan Darah Buku 3)

Автор: Amy Blankenship

Издательство: Tektime S.r.l.s.

Жанр: Ужасы и Мистика

Серия:

isbn: 9788835427933

isbn:

СКАЧАТЬ menyadarinya, Jason,” ujar Tabatha. “Dia hanya merasa itu akan mencemari hubungan persahabatan kalian.”

      Jason bergumam, “Ya, kurasa akan begitu namun kamu tidak bisa menyalahkan seorang pria yang bermimpi, bukan?”

      “Aku bisa menyalahkanmu untuk banyak hal,” Tabatha mendengar Jacob berkata di baliknya.

      “Kamu sebaiknya diam,” geram Jason sambil bercanda dan Tabatha mendengarnya menghempaskan kaki kursi kembali ke posisinya. “Tabatha, Aku akan menghubungimu nanti. Anak-anak di sini telah memututskan untuk melempariku dengan gumpalan kertas.”

      Tabatha terkikik dan menganggukkan kepala, “Baiklah, kita akan bicara lagi nanti.”

      Dia menutup telepon dan duduk beberapa saat sebelum mengembalikan telepon ke charger. Setelah melihat kembali sekelilling apartemen, itu tidak begitu kelihatan kesepian sekarang. Jason akan memerlukan persahabatan dengannya lebih dari apapun dan merasa diperlukan membuatnya jauh lebih stabil.

      Berdiri lalu meregangkan lengannya di atas kepala, dia berjalan turun ke kamarnya. Dia melepaskan busana lalu mengenakan celana pendek dan tank top sebelum membenamkan diri ke ranjangnya yang sejuk dan nyaman.

      Kali ini dia tidak mencoba menghentikan pikiran yang ada di benaknya dan mulai tertidur. Lagipula, dia perlu mengartikannya dan itu tidak akan pergi dari benaknya hingga dia bisa … jadi mengapa melawannya? Dia tenggelam ke dalam kegelapan tidur memandangi sepanjang gereja dan masuk ke dalam mata Kane.

      *****

      Jewel melangkah menuju kamar Steven. Langannya tersilang di atas dada dan dia mulai menggigit kuku tangannya, sesuatu yang sudah lama tidak dilakukan sejak dia masih kecil.

      “Ini salahku,” ujarnya lembut mencoba menghilangkan bayangan ayahnya yang disalibkan di atas altar gereja yang telah dikunjungi hampir seumur hidupnya. Sudah berapa kali dia berdoa di sana tepat dimana ayahnya meninggal? Dia tahu Anthony sinting namun itu sadis.

      Steven menyaksikan wanita itu mondar-mandir dan dapat melihat bibirnya komat-kamit mengikuti pikirannya. Dia meraih tangannya mencoba untuk menenangkan dirinya. “Jewel, tidak satu pun dari ini adalah kesalahanmu.”

      Dia meyipitkan mata ke lengannya kemudian menatapnya tajam. “Kamu separuh benar. Kesalahanmu hampir sama banyaknya dengan diriku. Dan sekarang setelah Daddy mati, aku tidak harus menikahi Anthony dan aku juga tentu saja tidak harus menikahimu.”

      Jewel memalingkan diri hingga lengan pria itu terlepas. Hal terakhir yang diperlukannya sekarang ini adalah dibebaskan dari dosa-dosanya … dia sangat bersalah. Dia telah memberikan paku kepada Anthony untuk mensalib ayahnya sendiri.

      Steven tidak akan mengakuinya namun kalimat dari wanita itu menyengatnya sangat dalam. Dia merespon dengan satu-satunya cara yang dia tahu pada titik ini karena dia jelas sekali tidak ingin mendengar kalimat yang mendorong atau hal-hal baik.

      “Apakah kamu benar-benar mengira Anthony akan berhenti mengejarmu hanya karena dia membunuh ayahmu?” teriak Steven. Dia tahu dia benar dan bahwa wanita itu tidak akan mendengarnya.

      “Dia membunuh ayahku … Aku berdansa dengan setan karena ingin ayah selamat dan hidup. Jika Anthony berani mendekatiku sekarang, Aku akan meledakkan kepalanya.” Jewel merasa sangat aneh. Itu seperti dia sangat tenang di luar, namun bergetar hebat di dalam.

      Dia telah menangis berjam-jam namun kemarahan telah menenangkannya. Dia telah cukup membuang air mata. Sekarang waktunya untuk mengambil alih kembali hidupnya. Dia telah merencanakan jebakan untuk Anthony dan dia berdoa Steven benar … bahwa Anthony akan mendatanginya, karena dia telah siap.

      “Aku tidak bisa membiarkanmu pergi,” ujar Steven. Jika dia tidak mau melindungi dirinya sendiri, maka sebagai pasangannya … dia harus melakukan itu untuknya. Dia melihat mata merahnya terpaut dengan matanya sendiri.

      “Maka kamu tidak lebih baik dari Anthony dan aku akan membencimu sepanjang sisa hidupku,” katanya keras kepala. Dia ingin Steven marah kepadanya, melemparnya dan cuci tangan dari masalah. Jika dia melakukan itu … maka mungkin Anthony tidak akan membunuhnya seperti yang dilakukan terhadap ayahnya. Dia tidak ingin disalahkan untuk kematian apapun lagi kecuali kematian Anthony… dia akan senang hati disalahkan akan itu.

      Steven menatapnya selama semenit lalu menuju pintu yang terbuka dan berdiri di sampingnya. “Silahkan kalau begitu. Aku menawarkan diri untuk melindungimu dan kamu ingin terus melaju? Silahkan, dan mari kita lihat seberapa jauh yang bisa kamu capai akan sesuatu yang kamu sendiri bahkan tidak paham cara membunuhnya.” Steven tersenyum jahat kepadanya, “Asal kamu tahu, film-film itu cuma omong kosong belaka.”

      “Aku rasa kamu tahu!” Jewel berteriak balik dan mulai maju beberapa langkah. Mengapa dia tetap ingin menolongnya? Tidakkah dia mengerti kalau dia akan terbunuh?

      Steven menutup matanya dan memalingkan muka. “Ya, aku tahu… benarkan?” dia mengejek lalu melihat kembali ketika Jewel mencoba melewatinya. Dengan panik, Steven menangkap pinggangnya dan menariknya mendekat, “Sial, tunggu!” dia menyerah.

      Jewel mulai menggeliat sehingga dia semakin menariknya erat ke dadanya. “Jika kamu ingin menghadapinya maka baiklah, namun kamu tidak bisa melakukan itu sendiri. Biarkan kamu membantumu.”

      Jewel mendorong dadanya sehingga dia bisa melihat wajahnya. “Mengapa? Supaya kamu juga bisa digantung di salib?” Dia ingin menjerit karena pemandangan itu muncul lagi di benaknya. “Aku tidak ingin itu terjadi.”

      Dia tidak yakin apa yang dirasakannya terhadap Steven namun memikirkannya mata seperti itu membuatnya merasa seperti ditusuk tepat di dadanya. “Jika kamu membiarkanku pergi sekarang, maka dia tidak memiliki alasan untuk mengejarmu.” Dia mencengkram bagian depan kemejanya dengan tangan kecilnya. “Kamu akan selamat … dan hidup.”

      “Dia tetap akan mengejarku,” ujar Steven lalu menyusuri jarinya pada tanda kawin yang dipasangnya. Dia tersenyum lembut ketika merasakan Jewel bergidik karena sentuhannya. “Seperti yang kukatakan, ini adalah kehidupan yang sesungguhnya. Jika kamu kembali kepadanya dan dia melihat tanda kawin ini, dia akan mengejarku terlepas dari apapun yang kamu katakan atau lakukan.”

      Jewel bersandar pada kehangatan solid yang ditawarkannya dan menutup matanya. Dia merasakan amarahnya memudar dalam rasa aman di pelukannya dan ingin menghentakkan kaki dalam frustrasi. Kesedihan karena kehilangan ayah mulai merasukinya kembali namun dia tidak ingin menangis.

      Steven memeluk Jewel menenangkan. Dia tidak bisa menyalahkan dirinya akan tindakannya itu. Jika Anthony baru saja membunuh ayahnya, maka tidak satupun upaya di dunia ini atau alam lain yang mampu menahannya.

      “Dengar, bagaimana kalau begini?” tanyanya sembari sedikit memundurkan badan dan mengangkat kepalanya agar menghadap dirinya. “Kami akan mengadakan pertemuan pagi ini dan semua orang akan hadir. Kami akan membantumu memikirkan sesuatu yang lebih baik daripada hanya menyerahkanmu kepadanya. Yang mana pun, dengan kami maka kamu akan memiliki pasukan pendukung. Tanpa kami, kamu akan menghadapi pasukan para manusia serigala dan apapun yang kamu lakukan… Anthony akan mendapatkanmu.” Dia mengusap pipinya dan menatap matanya, “Dan aku tidak ingin Anthony memilikimu.”

      Jewel menurunkan kepalanya kembali ke dada Steven dan menarik nafas panjang dan gemetar. Dia benar. Dia tidak ingin berada dekat dengan monster itu setelah apa yang telah dilakukannya. Dia menekankan telinganya ke dada Steven mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan mantap. Sudah berapa kali dia menyelamatkan dirinya dari vampir, dari Anthony, dan sekarang dari kebodohan dirinya sendiri?

      “Apakah СКАЧАТЬ