Takdir Naga. Морган Райс
Чтение книги онлайн.

Читать онлайн книгу Takdir Naga - Морган Райс страница 8

Название: Takdir Naga

Автор: Морган Райс

Издательство: Lukeman Literary Management Ltd

Жанр: Героическая фантастика

Серия: Cincin Bertuah

isbn: 9781632912589

isbn:

СКАЧАТЬ pedang itu, mencoba untuk memikirkan konsekuensinya. Ia merasa kebas. Ia sulit percaya bahwa ia telah begitu bodoh karena berusaha mencabut pedang itu, Pedang Dinasti, yang tidak seorang MacGil pun dapat mencabut pedang itu selama tujuh generasi. Mengapa ia berpikir bahwa ia akan lebih baik ketimbang para nenek moyangnya? Mengapa ia berasumsi bahwa ia berbeda?

      Seharusnya ia telah menyadarinya. Ia seharusnya berhati-hati, tidak pernah boleh meremehkan dirinya. Ia seharusnya merasa cukup hanya dengan memiliki singgasana ayahnya. Mengapa ia harus memaksakannya?

      Sekarang semua bawahannya tahu bahwa ia bukan Yang Terpiilh; sekarang kekuasaannya akan rusak oleh hal ini, mereka akan menugaskan lebih banyak pengawal untuk mencurigainya atas kematian ayahnya. Ia melihat bahwa semua orang telah memandangnya secara berbeda, seolah-olah ia adalah hantu yang berjalan, seolah-olah mereka telah mempersiapkan diri mereka sendiri untuk raja selanjutnya yang akan datang.

      Yang lebih buruk dari itu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Gareth merasa tidak yakin terhadap dirinya sendiri. Sepanjang hidupnya, ia telah melihat takdirnya dengan jelas. Ia telah merasa yakin bahwa ia ditakdirkan untuk menggantikan kedudukan ayahnya, untuk berkuasa dan untuk mencabut pedang itu. Keyakinannya telah terguncang sampai ke intinya. Sekarang, ia tidak yakin tentang apa pun.

      Yang terburuk, ia tidak bisa berhenti melihat bayangan wajah ayahnya, tepat sebelum ia mencabut pedang itu. Apakah itu adalah balas dendamnya?

      "Bravo," muncul sebuah suara yang perlahan dan sinis.

      Gareth berbalik, terkejut karena tidak seorang pun yang ada bersamanya dalam kamar ini. Ia segera mengenali suara itu; itu adalah suara yang telah menjadi sangat familiar selama bertahun-tahun, dan Itu adalah suara istrinya.

      Helena.

      Di sana dia berdiri, jauh di pojok ruangan itu, mengamatinya sembari mengisap pipa opiumnya. Ia menarik napas dalam-dalam, menahannya, lalu secara perlahan mengeluarkannya. Mata Helena merah, dan ia bisamelihat apakah dia telah merokok terlalu lama.

      "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Gareth.

      "Bagaimanapun juga ini adalah kamar pengantinku," jawabnya. "Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan di sini. Aku istrimu dan ratumu. Jangan lupakan itu. Aku berkuasa atas kerajaan ini sebanyak dirimu. Dan setelah kau gagal hari ini, aku tidak akan menggunakan istilah memerintah semudah itu."

      Wajah Gareth berubah menjadi merah. Helena selalu punya cara menyerangnya dengan pukulan paling telak, dan pada saat yang tidak menguntungkan. Ia membenci dia lebih dari wanita manapun dalam hidupnya. Ia hampir tidak bisa membayangkan bahwa ia telah setuju untuk menikahinya.

      "Begitu menurutmu?" Gareth meludah, berbalik dan berjalan ke arahnya, dengan sangat marah. "Kau lupa bahwa aku adalah Raja, wanita jalang, dan aku bisa membuatmu dipenjara, sama seperti orang lain di kerajaanku, meskipun kau adalah istriku atau bukan."

      Dia menertawakannya, mendengus mengejek.

      "Lalu apa?" tukasnya. "Sudah memiliki pelayan pemuas seksmu yang baru? Tidak, aku sangat meragukannya. Tidak di dunia licik Gareth. Tidak dalam benak pria yang paling peduli bagaimana anggapan orang ketimbang orang lain."

      Gareth berhenti di depannya, menyadari dia memiliki cara melihat seluruh dirinya yang sangat menjengkelkannya. Ia memahami ancamannya dan menyadari bahwa berdebat dengannya bukan hal yang bagus. Jadi ia hanya berdiri di sana, diam, menunggu, dengan tangan terkepal.

      "Apakah ini yang kau inginkan?" katanya perlahan, mencoba untuk mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan sesuatu yang gegabah. "Kau tidak datang padaku kecuali kau menginginkan sesuatu."

      Ia mengeluarkan sebuah tawa mengejek yang kering.

      "Aku akan menerimanya apapun itu jika aku menginginkannya. Aku tidak meminta apa-apa darimu. Tetapi lebih untuk memberitahumu sesuatu: seluruh kerajaanmu baru saja menyaksikan kegagalanmu mencabut pedang. Ke mana hal itu pergi meninggalkan kita?"

      "Apa yang kau maksudkan dengan kita?" tanya Gareth, bertanya-tanya ke mana arah pembicaraannya.

      "Orang-orangmu sekarang tahu apa yang selalu aku ketahui: bahwa kau gagal. Bahwa kau bukanlah Yang Terpilih. Selamat. Paling tidak itu sudah resmi sekarang."

      Ia memandangnya dengan marah.

      "Ayahku gagal mencabut pedang itu. Hal itu tidak mencegah beliau berkuasa dengan baik sebagai Raja."

      "Tetapi hal itu memengaruhi martabat rajanya," tukas Helena. "Setiap saat."

      "Jika kau sangat tidak bahagia dengan ketidakmampuanku," gerutu Gareth, "mengapa kau tidak meninggalkan tempat ini? Tinggalkan aku! Tinggalkan olok-olok pernikahan kita. Aku adalah Raja sekarang. Aku tidak lagi membutuhkanmu."

      "Aku gembira kau mengatakan hal itu," ujarnya, "karena itu adalah alasan yang tepat atas kedatanganku. Aku ingin kau mengakhiri pernikahan kita secara resmi. Aku menginginkan perceraian. Ada seorang pria yang aku cintai. Seorang pria sejati. Salah satu ksatriamu, sebenarnya. Dia adalah seorang prajurit. Kami sedang jatuh cinta, cinta sejati. Tidak seperti cinta yang pernah aku rasakan. Ceraikan aku, sehingga aku bisa berhenti merahasiakan perselingkuhan ini. Aku ingin cinta kami diketahui orang. Dan aku ingin menikahi dia."

      Gareth menatapnya dengan terkejut, merasa ngeri, seolah-olah sebilah belati telah ditancapkan ke dalam dadanya. Mengapa Helena harus muncul? Mengapa sekarang? Itu semua terlalu berat baginya. Ia merasa seolah-olah dunia menendangnya saat ia sedang gundah.

      Meskipun demikian, Gareth terkejut menyadari bahwa ia memiliki perasaan yang mendalam kepada Helena, karena ketika ia mendengar kata-katanya yang sebenarnya, meminta cerai, kata-kata itu berdampak sesuatu padanya. Hal itu membuatnya kesal. Meskipun demikian, hal itu membuatnya sadar bahwa ia tidak menginginkan bercerai darinya. Jika datang darinya, hal itu memungkinkan; tapi jika itu datang dari dia, itu adalah perkara lain. Ia tidak ingin dia pergi begitu saja, tidak semudah itu.

      Yang paling penting, ia bertanya-tanya bagaimana perceraian akan memengaruhi kerajaannya. Raja yang bercerai akan menimbulkan terlalu banyak pertanyaan. Selain itu, ia menyadari dirinya cemburu dengan ksatria ini. Dan tersinggung dia membelai kekurangan kedewasaan di wajahnya. Ia ingin membalas dendam. Kepada mereka berdua.

      "Kau tidak bisa memilikinya," tukasnya. "Kau terikat denganku. Terjebak sebagai istriku selamanya. Aku tidak akan pernah membebaskanmu. Dan jika aku menemukan ksatria yang kau selingkuhi itu, aku akan menyiksa dan mengeksekusinya."

      Helena balas membentaknya.

      “Aku bukan istrimu! Kau bukan suamiku. Kau bukanlah seorang pria. Pernikahan kita adalah persatuan yang tidak suci. Sudah sejak hari pernikahan palsu itu. Itu adalah suatu hubungan yang direncanakan untuk kekuasaan. Semua hal itu membuatku muak - selalu begitu. Dan itu telah menghancurkan satu-satunya kesempatanku untuk benar-benar menikah."

      Ia menarik napas, kemarahannya meningkat.

      "Kau akan menceraikan aku, atau aku akan membongkar ke seluruh kerajaan pria seperti apa dirimu itu. Putuskan hal itu."

      Dengan itu Helena memunggunginya, berjalan menyeberangi ruangan dan keluar melalui pintu yang terbuka, bahkan tidak peduli untuk menutup pintu itu di belakangnya.

      Gareth berdiri sendirian dalam ruangan berdinding batu itu, mendengarkan gema langkah kakinya dan merasakan hawa dingin merayapi tubuhnya yang tidak bisa ia singkirkan. Apakah ada sesuatu yang kukuh yang bisa ia jadikan pegangan lagi?

      Ketika Gareth berdiri di sana dengan gemetar, melihat pintu СКАЧАТЬ